Friday, November 29, 2013

Mengenang Iskandar Muda

Peringatan HAUL Sultan Iskandar Muda
di Banda Aceh. @Heri Juanda
PULUHAN pria memakai baju putih duduk melingkari makam Sultan Iskandar Muda di Gedung Juang, Banda Aceh, Kamis 27 Desember 2012 lalu.  Beberapa diantaranya memakai baju kemeja berwarna sembarang. Mereka terlihat kusyuk merapal kalam ilahi melalui samadiyah memperingati Haul Sultan Iskandar Muda ke 367.

Samadiyah tersebut dimulai dan dipimpin oleh Teungku Muhammad Rizal dari Pesantren Ulee Titi Lambaro pada pukul 10.35 WIB. Terlihat diantara peserta samadiyah ini Tuanku Raja Yusuf keturunan dari Sultan Alaidin Dawwood Syah, Raja Ubit Ashabul Yamin Panglima Polem dari generasi Raja Pakeh, Said Muslem al Bahsin cucu dari Mufti Kerajaan Aceh. Selain itu juga ada perwakilan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh serta Disbudpar Kota Banda Aceh.


Sultan Iskandar Muda mangkat pada 29 Rajab 1046 H atau 27 Desember 1636. Sultan Iskandar Muda merupakan salah satu Raja Aceh yang berhasil mengembangkan dan memperluas wilayah kekuasaan Aceh hingga ke Malaysia dan Sumatera Utara serta Sumatera Barat. Berdasarkan buku yang dikarang Denys Lombard berjudul Kerajaan Aceh, turut melampirkan surat Sultan Iskandar Muda kepada Raja Louis XIII dari Prancis mengenai wilayah kekuasaannya.

“Lettre du grand Siri Sultan, vainqueur et conquesteur avee Paide de Dieu, de Plusieurs Royaumes, Roy d’Achen et par la faveur de Dieu, de toutes les terres qui en sont au levant et au couchant. Du levant, le Royaume, terres et seigneuries de Deli; le Royaume de Ior avec ses terres et seigneuries; le Royaume de Paham, le Royaume de Queda et le Royaume de Pera avec leurs terres et seigneuries. Du couchant, le Royaume et territoire de Priaman, le Royaume et territoire de Ticou; le Royaume et territoire de Passaman.”

(Surat dari Sri Sultan yang agung, yang berkat bantuan Allah telah menaklukkan dan menundukkan beberapa kerajaan, Raja Aceh dan, dengan rahmat Allah, Raja semua tanah di masyrik dan maghrib. Di masyrik, kerajaan, daerah dan tanah-tanah Deli; Kerajaan Johor beserta daerah dan tanah-tanahnya; Kerajaan Pahang, Kerajaan Kedah dan Kerajaan Perak bersama daerah dan tanah-tanahnya. Di maghrib, Kerajaan dan wilayah Priaman, Kerajaan dan wilayah Tiku; Kerajaan dan Wilayah Pasaman.”)


Masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda berdasarkan rujukan dari berbagai peziarah dan pedagang asing disebutkan penuh kejayaan. Pada masanya, Aceh memiliki mata uang yang terbuat dari emas kendati bentuknya masih kasar. Selain itu pada masa tersebut Aceh juga memiliki armada laut yang galias (kapal) nya berukuran besar. Bahkan ada satu diantaranya kapal tersebut tercatat sebagai galias terbesar yang dinamakan Espanto del Mundo atau Cakra Donya (terror dunia). Hal tersebut diceritakan Faria y Sousa, salah satu armada Portugis yang ikut dalam peperangan saat menghadapi galias terbesar tersebut.

Masa Sultan Iskandar Muda juga dikabarkan mempunyai sejumlah kebudayaan yang dibangun. Seperti Masjid Raya Baiturrahman, Dalam atau istana Darud Dunia, Gunongan, hikayat Aceh, karya sufi dan beragam kebudayaan lainnya. Di masa Iskandar Muda juga telah berkembang tari-tarian yang disuguhkan kepada tamu asing seperti kisah Kapten Jenderal Beaulieu dari Kerajaan Perancis.

Sultan Iskandar Muda juga memiliki angkatan perang yang kuat. Selain armada laut dengan pasukan maritime nya yang terkenal di Selat Malaka, Sultan Iskandar Muda juga memiliki kavaleri gajah. Dia juga memiliki pasukan khusus yang ditakuti dan selalu berlatih istinggar di istana.

Asal-Usul Iskandar Muda

Dari pihak leluhur ibu, Iskandar Muda keturunan dari Raja Darul Kamal. Sedangkan dari pihak leluhur ayah merupakan keturunan dari keluarga Raja Makota Alam. Ibunya bernama Putri Raja Indra Bangsa, yang juga dinamai Paduka Syah Alam. Indra Bangsa anak dari Alauddin Riayat Syah, Sultan Aceh ke-10.

Seperti dikutip buku "Singa Atjeh (Biographi Seri Sulthan Iskandar Muda)" yang ditulis H.M. Zainuddin, Sultan lskandar Muda lahir pada tahun 1593. Pada masa bayinya sering disebut Tun Pangkat Darma Wangsa.

Ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga istana. Sejak  kecil, ia telah mengetahui seluk-beluk kehidupan adat dan tata krama dalam istana. Baik menyangkut tentang sopan santun antaranggota keluarga raja, etika dalam urusan penyambutan tamu, dan lain sebagainya.

Sejak usia empat tahun, Iskandar kecil telah diajarkan berbagai ilmu pengetahuan, khususnya agama. ia diajarkan langsung oleh seorang ulama. Selain dia, juga diikutsertakan teman-temannya yang lain untuk belajar bersamanya.

Ketika usianya mencapai baligh, ayahnya menyerahkan Iskandar Muda bersama beberapa orang budak pengiringnya kepada Teungku di Bitai.

Semenjak Sultan Alaaudin Riayat Syah kakek Sultan Iskandar Muda mangkat, suasana kerajaan Aceh mengalami konflik perebutan tahta. Anak-anak sultan ini saling melancarkan serangan satu sama lain dan bahkan melupakan posisi Sultan Iskandar Muda.

Kemudian, pada masa-masa Iskandar telah mampu berpikir dan bermain dalam percaturan politik di Aceh pada masa itu, pamannya Ali Riayat Syah yang berhasil merebut kekuasaan terpaksa menyerahkan tampuk pimpinan pada keponakannya, seorang cucu yang paling disayang oleh Alaauddin Riayat Syah. Sejak saat itu, tampuk kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam berada di tangan Iskandar Muda yang berusia 24 tahun.

Sultan Iskandar Muda menjadi raja pada awal April 1607. Ia lalu menikah dengan putri dari Kesultanan Pahang, yang kemudian dijuluki dengan nama Putroe Phang. Konon, karena terlalu cintanya sang sultan pada istrinya, ia memerintahkan pembangunan Gunongan di tengah Medan Khayali (Taman Istana) sebagai tanda cintanya. Kabarnya, sang puteri selalu sedih karena memendam rindu yang amat sangat terhadap kampung halamannya yang berbukit-bukit.

Oleh karena itu, sultan membangun Gunongan untuk mengobati rindu sang puteri. Hingga saat ini Gunongan masih dapat disaksikan dan dikunjungi. Sultan Iskandar Muda mangkat pada 29 Rajab 1046 H atau 27 Desember 1636. Dia kemudian digantikan Sultan Iskandar Tsani, suami dari Putri Tajul Alam. Iskandar Tsani merupakan anak pungut Sultan Iskandar Muda dari Kerajaan Johor.

Usai mengikuti samadiah, Raja Ubit cucu Sultan Iskandar Muda generasi ke 13 mengharapkan agar sejarah Aceh diluruskan. Hal tersebut disampaikannya kepada The Atjeh Times pada Kamis 27 Desember 2012.
Menurut dia, ada beberapa sejarah mengenai kesultanan Aceh yang tidak benar. Namun dirinya tidak mengatakan akurasi ketidakbenaran tersebut.

"Informasi yang beredar tentang silsilah Kerajaan Aceh masih samar, perlu ada pelurusan sejarah," kata cicit Iskandar Muda itu. Dia menjelaskan saat ini masih menyimpan bukti warisan Kerajaan Aceh yaitu rencong pusaka dan cap sikureung. “Ini merupakan bukti pewarisan tahta Kerajaan Aceh,” kata dia. []

No comments:

Post a Comment