Saturday, August 20, 2016

Rentetan Kudeta Berdarah di Kerajaan Aceh Darussalam

SEPENINGGAL Sultan Alaidin Riayat Syah, kondisi politik di Kerajaan Aceh Darussalam berjalan tidak stabil. Sengketa kekuasaan untuk menduduki tahta terjadi, bahkan cenderung berakhir dengan kudeta berdarah.

Sultan pengganti Alaidin juga tidak lama berkuasa. Ada yang menjabat hanya 4 bulan, dan paling lama setahun. Mereka dilengserkan oleh pihak-pihak yang mengklaim sebagai penguasa sah--yang adalah juga berasal dari keluarga dekat.

Thursday, August 18, 2016

Mengenal Para Sultan Kerajaan Aceh Darussalam

JAMAK generasi awal Aceh mengetahui adanya sebuah kerajaan yang pernah berkuasa penuh di Selat Malaka. Kerajaan ini disegani lawan, baik sesama rumpun Melayu hingga bangsa Eropa. Kerajaan itu di kemudian hari disebut-disebut Aceh Darussalam dengan sultan termasyur Iskandar Muda.

Pun begitu, banyak generasi Aceh di era modern yang mulai awam dengan Kerajaan Aceh Darussalam. Padahal kerajaan ini pernah berjaya di abad 16 dan nyaris menguasai seluruh Malaysia dan Sumatera pada waktu itu. Pusat kekuasaan kerajaan ini berada di ujung utara Pulau Sumatera, dan merupakan bahagian paling utara dan paling barat dari kepulauan Nusantara. Di sebelah barat kerajaan ini terbentang Samudera Hindia, sementara di sebelah timur dan utara membujur Selat Malaka.

Monday, March 28, 2016

Alasan Belanda Menyerang Aceh

Pada dasarnya, Aceh adalah sebuah kerajaan yang berdaulat dan masih menguasai Selat Malaka. Kawasan ini merupakan jalur laut strategis untuk perdagangan di Nusantara.

--Boy Nashruddin Agus--

BELANDA telah menguasai nusantara. Namun tidak untuk Aceh. Kerajaan yang terletak di ujung pulau Sumatera ini seakan menjadi duri dalam daging untuk Belanda yang ingin menguasai Selat Malaka dan jazirah Tanah Melayu. Selama Kerajaan Aceh masih berdaulat, maka selama itu pula bayang-bayang campur tangan asing mengancam posisi Belanda di nusantara.

Fakta ini diperjelas dalam keterangan Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia, James Loudon. Dikutip dari catatan Harry Kawilarang dalam bukunya Aceh dari Sultan Iskandar Muda ke Helsinki, menyebutkan, saat itu, Loudon berpesan kepada van de Putte Nieuwenhuijsen pada 25 Februari 1873.

Monumen Maimun Saleh Si Penerbang Dari Aceh

Monumen ini merupakan wujud terima kasih Angkatan Udara Republik Indonesia kepada masyarakat Aceh.

--Boy Nashruddin Agus--

TT-1216 masih terlihat gagah. Badannya masih utuh. Sepasang amunisi, peluru ledak dan detonator juga terlihat nangkring di kiri dan kanan sayapnya. Pesawat tempur Hawk 200 milik TNI Angkatan Udara (AU) tersebut terlihat hebat bercokol di atas beton di Simpang Aneuk Galong, Kecamatan Sukamakmur, Sibreh, Aceh Besar. Saban harinya, Hawk 200 ini diam seribu bahasa menyaksikan moda transportasi darat hilir mudik di jalan Banda Aceh-Medan.