Friday, July 26, 2013

Anggur Nasi Sultan Aceh

ADAT istiadat Aceh dalam memuliakan tamu sudah dilakoni sejak masa kerajaan dulu. Seperti halnya tata cara Sultan Iskandar Muda menyambut tamu dari luar negeri yang kerap mengunjungi Aceh pada masa itu.
Berdasarkan catatan orang-orang Eropa, Kerajaan Aceh seringkali mengadakan acara yang panjang lebar untuk penyambutan tamu.

Meski tamu tersebut hanya berkunjung ke Aceh tanpa tujuan lain. Acara penyambutan tamu ini merupakan pengalaman besar bagi para pelaut Eropa yang tak bisa dilupakan. Upacara itu setiap kali berlangsung menurut urutan yang sama seperti diungkap Lancaster, Beaulieu dan buku Adat Atjeh.

Thursday, July 25, 2013

Komite PKI Aceh pada sebuah masa

Keberadaan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Aceh medio 1960-an silam, nyaris tak berbekas dalam literatur dan ingatan masyarakat Aceh.

Hal ini disebabkan banyak konflik-konflik lain di Serambi Mekkah yang menenggelamkan cerita para komunis di Aceh tersebut. Seperti halnya peperangan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia, Perang Cumbok hingga konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Padahal, jika ditelusuri lembaran sejarah di Aceh, PKI juga pernah eksis dan berkembang hingga mempunyai basis organisasi yang kuat. Saat ini, sejarah PKI di Aceh hanya terdengar dari mulut ke mulut orang tua di pelosok-pelosok Aceh.

Wednesday, July 24, 2013

Bendera Aceh Dalam Catatan Sejarah

Rancangan Qanun Aceh mengenai Bendera Aceh menimbulkan silang pendapat setelah DPRA merilis bendera yang akan dijadikan sebagai salah satu identitas Aceh, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) di Gedung AAC Dayan Dawood, Darussalam, Banda Aceh, Senin 19 November 2012.

Berdasarkan usulan eksekutif, bendera Aceh yang akan dipakai sebagai bendera daerah adalah bendera Bulan Bintang strip hitam putih dengan latar belakang berwarna merah.

Mercure Francais; Kala Malaka dikepung Armada Laut Aceh

Sebuah jurnal Prancis yang terbit sejak tahun 1605 pernah mencatat kegagahan armada laut Kerajaan Aceh kala mengepung Malaka. Raja Malaka bahkan harus meminta pertolongan bangsa Eropa untuk menghalau serangan 300 kapal layar dan 30 galias bangsa Aceh.

Saat itu jurnal yang kerap mengulas strategi militer di Eropa atau kehidupan-kehidupan istana ini dipimpin oleh Jean Richer (1635) yang kemudian diganti Theophraste Renaudot (1644).

Jurnal berbahasa Prancis ini menceritakan kisah pengepungan ini lewat artikelnya berjudul : Siege de Malaca par les Dachinois (Pengepungan Malaka oleh orang Aceh) tahun 1629 hingga 1630. Berikut kisah pengepungan ini dinukilkan Denys Lombard dalam bukunya Kerajaan Aceh; Zaman Sultan Iskandar Muda :