Thursday, January 16, 2014

Menuntut perdagangan bebas



19 FEBRUARI, kapal perang Pegasus berlabuh di Teluk Bubun yang terlindung di bagian selatan Teunom membawa rombongan utusan Inggris William Maxwell. Dia didampingi pedagang Khoo Tiangpoh dan Said Puteh, tokoh Aceh di perantauan. 

Mereka disambut oleh Teuku Yit di Bubun sebagai utusan raja. Setelah mencapai kata sepakat, Maxwell bersama Kapten Bickford melayari Sungai Teunom menuju ke hulu pada 9 Maret untuk bertemu raja.

Kehadiran utusan Inggris ini disambut meriah oleh penduduk setempat. Teuku Yit kepada Maxwell mengatakan seharusnya Inggris datang ke Aceh dan dipastikan akan disambut baik oleh masyarakat dengan mengibarkan bendera Britania. Namun Maxwell tidak merespon pernyataan Teuku Yit dan langsung mengalihkan pembicaraan mengenai pembebasan awak kapal yang sudah disandera selama empat bulan. 

Saturday, January 11, 2014

Melindungi Raja Teunom

Ilustrasi
OPERASI militer yang dilakukan Belanda sama sekali tidak berhasil membebaskan awak kapal SS Nisero dari Teuku Imam (Baca: Diplomasi Inggris untuk SS Nisero). Padahal Belanda telah membakar semua desa dan kebun lada termasuk kampung utama tempat awak-kapal ditahan yang sudah dipindahkan ke pedalaman hulu sungai.

Sementara Teuku Imam telah menyingkir ke Keumala yang menjadi markas perlawanan Aceh pimpinan Chik di Tiro yang telah mengirimkan 300 pasukan bersenjata lengkap untuk membantu pertahanan Teunom. Setelah Belanda melancarkan operasi militer, Teuku Imam mengirim surat kepada Tuanku Hasyim yang mengingatkan jangan menyerahkan awak kapal Nisero kepada musuh. Sebaliknya, rawat sandera ini dengan baik untuk kepentingan perang.

Berbagai cara telah dilakukan Residen van Langen untuk melepaskan para awak kapal. Tetapi penguasa Teunom ini justru semakin galak. Van Langen menggunakan musuh Teuku Imam, yakni Raja Itam dari Meulaboh yang dibekali senjata dari Belanda untuk menaklukan Teunom. Tetapi gagal.

Diplomasi Inggris untuk SS Nisero



Ilustrasi

PEMBERITAAN peristiwa Kapal Nisero menjadi berita dunia yang baru diterima di Penang pada 22 November dan menghiasi halaman utama media di Eropa (Baca: Pembalasan Teunom). Kejadian ini menimbulkan reaksi di London dan memusingkan pemerintah Belanda di Den Haag. 

Pihak Belanda di Aceh melakukan berbagai cara untuk melepaskan para awak kapal, tetapi Teuku Imam sangat lihai hingga semua cara yang dilakukan gagal. Nama Teuku Imam dari Teunom mencuat di pentas internasional.

Peristiwa tersebut memicu tindakan dari Gubernur Strait Settlement Sir Frederick Weld dengan mengirimkan kapal perang Pegasus di bawah komando Kapten Bickford, 22 November. Pegasus tiba di Ulee Lheue pada 26 November 1883. 

Pembalasan Teunom


The crew of SS Nisero. @malaysiaflyingherald.wordpress.com
KAPAL uap SS Nisero milik Inggris berlayar di lepas pantai barat sekitar Teunom Aceh Barat, 8 November 1883. Kapal yang dinahkodai oleh Kapten Woodhouse dalam perjalanan kembali ke Inggris ini membawa ratusan karung gula dari pelabuhan Surabaya. Malam belum lagi larut ketika kapal dihantam badai dan hujan keras serta gelombang menyeret bahtera ini ke daratan. Nahkoda bersama 29 anak buah kapal kandas di muara sungai dekat Panga, sekitar 40 mil bagian utara Meulaboh.
 
Kondisi ini dimanfaatkan dengan baik oleh Teuku Imam Muda. Dia menjarah isi kapal uap SS Nisero dan menyandera awak kapalnya. Sedikitnya, 18 warga Inggris menjadi tahanan, selebihnya merupakan warga Belanda, Jerman, Italia, Amerika, Norwegia dan China. Teuku Imam Muda merupakan salah satu tokoh di Teunom yang dikenal memiliki harga diri tinggi, kemauan keras dan saleh. Dia dihormati oleh penduduk setempat sebagai pemimpin di daerah tersebut.