Ilustrasi |
PEMBERITAAN peristiwa Kapal
Nisero menjadi berita dunia yang baru diterima di Penang pada 22 November dan
menghiasi halaman utama media di Eropa (Baca: Pembalasan Teunom). Kejadian ini
menimbulkan reaksi di London dan memusingkan pemerintah Belanda di Den Haag.
Pihak Belanda di Aceh melakukan berbagai cara untuk melepaskan para awak kapal,
tetapi Teuku Imam sangat lihai hingga semua cara yang dilakukan gagal. Nama
Teuku Imam dari Teunom mencuat di pentas internasional.
Peristiwa tersebut memicu
tindakan dari Gubernur Strait Settlement Sir Frederick Weld dengan mengirimkan
kapal perang Pegasus di bawah komando Kapten Bickford, 22 November. Pegasus
tiba di Ulee Lheue pada 26 November 1883.
Dalam pertemuan di Banda Aceh,
Inggris menawarkan sejumlah uang untuk merawat kapal. Namun tawaran ini ditolak
oleh Gubernur Tobias. Dia mengeluarkan ultimatum akan menggempur Teunom bila Teuku
Imam menolak tawaran yang dianjurkan Belanda pada 13 Desember 1883. Ancaman
tersebut sama sekali tidak mendapat respon dari Teuku Imam yang mengakibatkan
Belanda mempersiapkan operasi militer.
Kegagalan diplomasi antara
Inggris dengan Belanda di Banda Aceh meretakkan hubungan dua negara. Sementara
di Penang, Sir Frederick Weld diyakinkan oleh pedagang Khoo Tiang Poh yang
kenal dekat dengan Teuku Imam, bahwa ultimatum Tobias untuk menggempur Teunom
hanya gertak belaka. Whitehall akhirnya mengadakan perjanjian dengan Teunom
tanpa melibatkan Belanda. Pemerintah Hindia Belanda di Banda
Aceh dan Batavia menganggap tindakan Inggris ini telah melanggar kedaulatannya di Aceh. Namun pihak Hindia Belanda tidak bisa menghalangi Kapal
Pegasus berlayar ke Teunom karena sudah mendapat pemberitahuan oleh London
kepada Den Haag.
Upaya Inggris berdiplomasi dengan
Raja Teunom, Teuku Imam Muda mengalami kegagalan. Penyebabnya karena Teuku Imam
menolak berjumpa dengan George Henry Kennedy selaku konsul Inggris di Aceh yang
didampingi oleh Kapten Bickford di pantai untuk menyerahkan surat dari London.
Sementara pihak Inggris tidak mau menemui Teuku Imam di istana karena khawatir
awak kapal akan dibunuh dan sepakat untuk menangguhkan ekspedisi selama
mungkin.
Upaya selanjutnya yang dilakukan
Inggris yaitu mengusahakan kembali mengutus nahkoda kapal Norwegia Kapten
Christiansen yang sudah dikenal sebagai pedagang oleh orang-orang Teunom.
Christiansen bertemu Teuku Yit yang menjamin awak kapal tidak dibunuh tetapi
dipindahkan ke pedalaman.
Sementara kesabaran Belanda terhadap Teuku Imam berakhir. Tobias pun melaksanakan
ultimatum pada 7 Januari 1883. Satu kompi Belanda mendarat yang melahirkan
pertempuran sengit dan menewaskan 10 prajuritnya. Belanda membakar semua desa
dan kebun lada termasuk kampung utama tempat awak-kapal ditahan yang sudah
dipindahkan ke hulu sungai.[] bersambung...
No comments:
Post a Comment