Saturday, January 11, 2014

Diplomasi Inggris untuk SS Nisero



Ilustrasi

PEMBERITAAN peristiwa Kapal Nisero menjadi berita dunia yang baru diterima di Penang pada 22 November dan menghiasi halaman utama media di Eropa (Baca: Pembalasan Teunom). Kejadian ini menimbulkan reaksi di London dan memusingkan pemerintah Belanda di Den Haag. 

Pihak Belanda di Aceh melakukan berbagai cara untuk melepaskan para awak kapal, tetapi Teuku Imam sangat lihai hingga semua cara yang dilakukan gagal. Nama Teuku Imam dari Teunom mencuat di pentas internasional.

Peristiwa tersebut memicu tindakan dari Gubernur Strait Settlement Sir Frederick Weld dengan mengirimkan kapal perang Pegasus di bawah komando Kapten Bickford, 22 November. Pegasus tiba di Ulee Lheue pada 26 November 1883. 

Dalam pertemuan di Banda Aceh, Inggris menawarkan sejumlah uang untuk merawat kapal. Namun tawaran ini ditolak oleh Gubernur Tobias. Dia mengeluarkan ultimatum akan menggempur Teunom bila Teuku Imam menolak tawaran yang dianjurkan Belanda pada 13 Desember 1883. Ancaman tersebut sama sekali tidak mendapat respon dari Teuku Imam yang mengakibatkan Belanda mempersiapkan operasi militer.

Kegagalan diplomasi antara Inggris dengan Belanda di Banda Aceh meretakkan hubungan dua negara. Sementara di Penang, Sir Frederick Weld diyakinkan oleh pedagang Khoo Tiang Poh yang kenal dekat dengan Teuku Imam, bahwa ultimatum Tobias untuk menggempur Teunom hanya gertak belaka. Whitehall akhirnya mengadakan perjanjian dengan Teunom tanpa melibatkan Belanda. Pemerintah Hindia Belanda di Banda Aceh dan Batavia menganggap tindakan Inggris ini telah melanggar kedaulatannya di Aceh. Namun pihak Hindia Belanda tidak bisa menghalangi Kapal Pegasus berlayar ke Teunom karena sudah mendapat pemberitahuan oleh London kepada Den Haag.

Upaya Inggris berdiplomasi dengan Raja Teunom, Teuku Imam Muda mengalami kegagalan. Penyebabnya karena Teuku Imam menolak berjumpa dengan George Henry Kennedy selaku konsul Inggris di Aceh yang didampingi oleh Kapten Bickford di pantai untuk menyerahkan surat dari London. Sementara pihak Inggris tidak mau menemui Teuku Imam di istana karena khawatir awak kapal akan dibunuh dan sepakat untuk menangguhkan ekspedisi selama mungkin.

Upaya selanjutnya yang dilakukan Inggris yaitu mengusahakan kembali mengutus nahkoda kapal Norwegia Kapten Christiansen yang sudah dikenal sebagai pedagang oleh orang-orang Teunom. Christiansen bertemu Teuku Yit yang menjamin awak kapal tidak dibunuh tetapi dipindahkan ke pedalaman. 

Sementara kesabaran Belanda terhadap Teuku Imam berakhir. Tobias pun melaksanakan ultimatum pada 7 Januari 1883. Satu kompi Belanda mendarat yang melahirkan pertempuran sengit dan menewaskan 10 prajuritnya. Belanda membakar semua desa dan kebun lada termasuk kampung utama tempat awak-kapal ditahan yang sudah dipindahkan ke hulu sungai.[] bersambung...

No comments:

Post a Comment