"Mengapa harus sejarah?"
Begitulah anak laki-laki saya bertanya ketika dia melirik apa yang saya kerjakan dalam beberapa hari terakhir ini. Pertanyaan itu muncul begitu saja, tidak berdasarkan pesanan ibunya atau orang lain. Dia hanya penasaran, mengapa ayahnya begitu menyukai sejarah, membaca tulisan sejarah atau gemar menulis tentang sejarah.
Sedari kecil, anak laki-laki saya memang kadung mempertanyakan buku-buku yang ada di rak bertema tentang sejarah. Saya menjelaskan sebisanya ketika usianya begitu belia.
Kini, pertanyaan itu kembali keluar dari putra tertua saya di usianya yang sudah menginjak sepuluh tahun.
"Ayah lagi baca sejarah apa?" Tanya anak saya di lain waktu ketika saya sedang membaca buku.
"Ayah sedang menulis tentang sejarah apa? Abang mau tahu," selidik putra tertua saya yang tak jarang kritis tentang apa yang saya kerjakan, sembari terus memainkan tongkat dari gagang sapu di tangannya.