ANGKA 1903 berwarna biru terlihat kontras dengan dinding papan berkelir putih, di bangunan segi delapan yang ada di pusat Kota Banda Aceh itu. Ada dua ventilasi berlogo salib khas bangunan Eropa abad 19 mengapit di dua sisi angka tersebut. Sementara di atasnya masih kokoh tertancap atap berbentuk limas dengan seng yang sudah berkarat. Di bawah angka itu terdapat dua daun jendela kaca tiga kolom yang diapit oleh ventilasi kayu berjejer persegi panjang.
Di salah satu dinding lainnya, yang luasnya sedikit lebih kecil itu, ditempel dua balok kira-kira berukuran 5×5. Jika ditelisik secara kasat mata, balok itu seperti berbentuk menyerupai huruf X. Namun jika diperhatikan secara seksama, balok itu juga seperti membentuk huruf A yang saling menindih.
Jauh di bawah angka 1903 tersebut terdapat sebuah pintu berkubah yang menjadi satu-satunya akses ke lantai dasar bangunan. Pintu ini ditempel ke dinding berkonstruksi batu persegi panjang berukuran besar.
Bangunan itu berada di kawasan Simpang Jam, Kota Banda Aceh. Di sayap timur kompleks bangunan itu merupakan Taman Ghairah atau kelak dikenal Taman Putroe Phang. Sementara di arah barat kompleks bangunan tersebut berdiri sebuah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Tak jauh dari bangunan segi delapan ini juga terdapat Kompleks Gunongan, dan kompleks pemakaman Belanda yang dikenal Peucut alias Kherkhoff.