BENCANA alam smong (tsunami) yang merenggut ratusan nyawa di Lampung dan Banten menyentak dunia. Apalagi, ie beuna (tsunami) yang datang tanpa diawali lindu tersebut justru dipicu oleh erupsi Gunung Anak Krakatau, yang berada di Selat Sunda.
Padahal, pada 1883 lalu, bencana serupa pernah terjadi. Saat itu, Gunung Krakatau yang memiliki tiga kawah tersebut meletus. Dampak yang ditimbulkan disebut-sebut lebih besar dan turut mempengaruhi iklim global.
Erupsi Gunung Krakatau pada 1883 juga berdampak tsunami. Tidak sedikit yang menjadi korban. Ratusan desa juga dilaporkan hilang terdampak bencana. Saat itu, Indonesia masih dijajah Hindia Belanda. Dan kejadian meletusnya Gunung Krakatau ini tercatat dengan baik dalam literatur Belanda dan dunia.
Kejadian tersebut juga sempat didokumentasikan dalam bentuk dokudrama oleh BBC berjudul Krakatoa: The Last Days. Film dokumenter tersebut disutradarai Sam Miller yang mengutip keterangan saksi mata korban letusan Krakatau 1883.
Film dokumenter ini dirilis pertama kali pada Minggu, 7 Mei 2006 atau dua tahun setelah smong (tsunami) meluluhlantakkan Aceh. Di Amerika, judul film dokumenter ini diubah menjadi Krakatoa: Volcano of Destruction yang kemudian tayang di Discovery Channel.
Dalam film itu, Sam Miller menyorot kehidupan Willem Beijerinck, seorang pengawas Bank Kapas (Cotton Bank) milik Belanda yang turut menjadi saksi mata kejadian meletusnya gunung Krakatau tersebut. Sam juga mengatur plot film itu berdasarkan catatan Johanna, istri Willem Beijerinck.
Selain itu, alur cerita dalam dokudrama Krakatoa: The Last Days ini juga mengulik kisah seorang ilmuwan berkebangsaan Belanda, Rogier Diederik Marius Verbeek, yang gagal memperingatkan bahaya letusan Gunung Krakatau di kawasan Selat Sunda. Berdasarkan catatan-catatan saksi mata tersebut, Rogier meragukan jika letusan Gunung Krakatau berdampak luas terhadap daerah sekitar Selat Sunda. Bahkan, Rogier berpendapat lautan luas yang jaraknya bermil-mil dari daratan bakal menjadi benteng terhadap magma cair yang dilepaskan Krakatau.
Padahal, berdasarkan sejarah Jawa diketahui bencana serupa juga pernah terjadi pada tahun 400-an Masehi. Letusan Gunung Krakatau pada masa lalu, dalam catatan saksi mata di film tersebut, disebutkan turut memicu air laut tinggi menenggelamkan daratan. Hal inilah yang membuat sebagian besar penduduk pribumi pada masa itu langsung melakukan evakuasi secara mandiri ke wilayah pegunungan.
Pun demikian, Rogier juga sebelumnya pernah diingatkan oleh Johanna soal bahayanya letusan Gunung Krakatau tersebut. Namun, lagi-lagi Rogier Diederik Marius Verbeek memastikan kawasan Cotton Bank tidak bakal berpengaruh dengan erupsi Gunung Krakatau tersebut.
Sam Miller juga menyorot kehidupan seorang penjaga mercusuar berkebangsaan Belanda yang ikut menjadi korban amukan tsunami, pasca longsornya Gunung Krakatau.
Meskipun telah ditayangkan jauh-jauh hari, tetapi film dokudrama ini kembali populer pasca tsunami meluluhlantakkan sebagian kawasan di Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018). Banyak rujukan mitigasi yang disajikan dalam film Krakatoa: The Last Days tersebut, salah satunya adalah tidak sepele terhadap bahaya erupsi sang Anak Krakatau.[]
No comments:
Post a Comment