MASYARAKAT setempat menyebutnya dengan Lut Kucak. Letaknya berada di ketinggian 1.900-2.000 meter di atas ketinggian laut. Lut Kucak merupakan sebuah danau yang dikelilingi hutan lindung dengan wilayah administratif berada di Kecamatan Bukit, Bener Meriah, Aceh.
Lut Kucak, yang dalam bahasa Gayo berarti Laut Kecil, merupakan potensi wisata menjanjikan untuk Bener Meriah. Namun, sayangnya potensi wisata ini belum mendapat perhatian serius dari pemerintah setempat dalam beberapa tahun terakhir. Alhasil, Lut Kucak yang menawan kini menjadi tandus. Banyak warga menebang pepohonan menuju akses Lut Kucak untuk lahan pertanian. Kini, lereng menuju Lut Kucak tidak seindah dulu. Kita hanya mendapati lahan pertanian warga yang ditanami berbagai jenis sayuran seperti kol, sawi, wortel dan lain-lain.
Lut Kucak dekat dengan Burni Telong, sebuah gunung berapi aktif di Bener Meriah yang menjadi landmark dataran tinggi Gayo. Lut Kucak ini juga berada di punggung Pondok Sayur, salah satu desa yang adalah tempat tinggal Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Bener Meriah, Tengku Sarkawi.
Tgk Sarkawi pada 19 November 2018 lalu saat membuka Festival Panen Kopi di Seladang Cafe, Rembele, Bener Meriah, mengakui keberadaan danau ini. Dia bahkan mengaku baru mengetahui adanya destinasi wisata tersebut yang sama sekali terlupakan selama ini. Alih-alih abai, Sarkawi justru menyebut Lut Kucak sebagai surga yang tersembunyi di Bener Meriah. Dia terobsesi untuk menata kembali daerah tersebut menjadi destinasi wisata baru untuk Gayo.
"Bener Meriah menyimpan surga yang masih tersembunyi. Saya tinggal di bawah kakinya, tetapi saya tidak sadar. Ada surga di balik punggung saya," kata Sarkawi.
Dia mengatakan selama ini wisatawan hanya mengetahui Danau Lut Tawar yang ada di Aceh Tengah. Padahal, Bener Meriah juga memiliki danau serupa meskipun ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan Danau Lut Tawar.
"Saya sudah naik ke sana. Ada Lut Kucak, namanya. Saya naik ke situ, masyaAllah indah sekali. Kenapa surga ini belum disentuh?"
Selama ini, kata Sarkawi, pemerintah daerah mengalami kesulitan untuk pengembangan Lut Kucak menjadi destinasi wisata baru di Bener Meriah. Hal ini disebabkan Lut Kucak berada di kawasan hutan lindung yang tidak boleh dikelola serampangan.
Namun, hal itu tidak menyurutkan Sarkawi untuk menjadikan Lut Kucak sebagai potensi wisata baru di Bener Meriah. Dia bahkan mengaku sudah menyurati Kementerian Kehutanan Republik Indonesia untuk menjadikan kawasan hutan lindung di sekitar Lut Kucak menjadi kawasan hutan sosial masyarakat.
Sikap ini ditempuh Sarkawi demi melestarikan Lut Kucak dan hutan lindung di sana. Setidaknya menghentikan pembalakan liar dan perubahan hutan lindung menjadi areal pertanian warga yang tandus.
"Agar bisa dikelola dengan baik, dirawat dan menjaga agar pepohonan di sana tidak ditebang oleh masyarakat. Nantinya ditanami dengan pohon berbuah, ditata sedikit, kita olah sedikit sehingga nantinya menjadi destinasi wisata yang luar biasa, orang akan ngopi di atas awan. Tidak ada di tempat lain, orang akan datang kemari sekadar ngopi di atas awan," ungkap Sarkawi.
Dia menyebutkan keberadaan danau di puncak gunung Bener Meriah tersebut tidak boleh disia-siakan. Hal ini perlu dioptimalkan untuk pengembangan wisata Bener Meriah yang bakal menjadi tulang punggung perekonomian baru, seperti proyek yang sedang digarap pemerintah Pusat.
Potensi Lut Kucak nantinya dipadukan dengan destinasi wisata lain yang ada di Bener Meriah. Dia mencontohkan Burni Telong yang sudah dikenal secara luas, kemudian wisata Arung Jeram yang juga belum terjamah serta wisata agro kebun kopi.
Dengan demikian, Sarkawi optimis orang akan datang ke Bener Meriah untuk menikmati keindahan alamnya. Hal ini juga mempermudah masyarakat setempat untuk menjual kopi dan hasil pertanian mereka.
Di sisi lain, Sarkawi juga melirik potensi ekonomi dan pariwisata dari pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun yang ada di Lhokseumawe. Dia mengungkapkan program pengembangan ekonomi tersebut memiliki anggaran sebesar Rp 50 triliun lebih dengan jumlah tenaga kerja mencapai 43 ribu-an.
"40 ribu mungkin masyarakat lokal, tapi di level manajemen menengahnya akan datang dari Jawa, Bali, Surabaya, Medan, dan seluruh Nusantara. Mereka akan bekerja Senin hingga Jumat, Sabtu dan Minggu mereka kemana? Apakah mereka sampai Gunung Salak saja? Ngopi di sana? Atau lewat kemari dan langsung ke Takengon? Sementara kita di Bener Meriah dapat debu saja, atau kita akan berbagi? Kami akan tahan mereka di sini," ungkap Sarkawi.
Sarkawi mengaku telah mencoba menggaet investor untuk Bener Meriah. Investor ini bakal ditawarkan lokasi strategis untuk pengembangan industri perhotelan yang representatif, seperti hotel dengan aula yang layak dan sebagainya. Jadi, dengan adanya hotel-hotel berbintang di Bener Meriah, maka akan memudahkan wisatawan berlibur di daerah dingin tersebut.
"Mereka akan datang ke Danau Lut Tawar untuk melihat keindahan alamnya, tetapi mereka harus tidur di Bener Meriah," kata Sarkawi.
Sarkawi mengatakan hingga saat ini Pemerintah Kabupaten Bener Meriah masih menunggu keluarnya izin pengelolaan hutan lindung di kawasan Lut Kucak dari Kementerian Kehutanan. Begitu izin ini keluar, Sarkawi mengaku bakal bergegas untuk menata dengan baik kawasan Lut Kucak, dengan konsep wisata halal seperti yang berlaku di Aceh.
"Mudah-mudahan ke depan prospek lebih bagus. Ini bukan mimpi, tapi bisa kita lakukan," pungkas Sarkawi.[]
No comments:
Post a Comment