Saturday, January 5, 2019

Surga Kuntul di Lambada Lhok

Ilustrasi kuntul | Foto: Irfan M Nur
TIGA ekor kuntul merenggangkan sayapnya. Membelah langit dengan tatapan tajam ke depan. Namun, lehernya tidak lurus tegak seperti burung-burung lainnya melainkan membentuk huruf S seperti dalam abjad latin yang kita kenal selama ini. Bulu ekor kuntul yang sangat-sangat pendek, berwarna putih kemudian ditekuk ke bawah. Selaras dengan dua sayapnya yang membentang lebar yang sedikit ditekuk ke depan untuk menghalau angin.

Tubuh kuntul yang semula tajam menukik tiba-tiba berhenti di satu titik di udara, kemudian melakukan manuver berputar-putar di atas rimbunan pohon bakau. Ketiga ekor kuntul itu kemudian bertengger di salah satu pucuk bakau yang disambut kawanan burung berparuh runcing, berkaki dan berleher panjang lainnya.


Para kuntul yang baru saja mendarat itu mengepak-ngepakkan sayap. Mereka terlihat seperti menjaga keseimbangan agar tidak terjerembab ke lantai rimbunan bakau. Belum juga para kuntul itu mendapat tempat yang tepat, beberapa kuntul lainnya kembali melandai di atas rimbunnya pepohonan manggrove. Sepintas, terlihat kuntul-kuntul itu datang dari arah timur dan selatan daratan Aceh.

Inilah salah satu surga kuntul atau dalam kosakata Aceh dikenal dengan sebutan Kuk di kawasan Aceh Besar. Surga itu berada di sebuah daratan kecil yang dipenuhi pepohonan bakau di kawasan Lambada Lhok. Letaknya hanya terpaut selemparan batu dari Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Lhok Gigieng, Aceh Besar.

Lambada Lhok berjarak kurang lebih 11 Kilometer dari pusat kota Banda Aceh. Berada di lintasan jalan Banda Aceh-Krueng Raya, hanya butuh beberapa menit waktu tempuh normal jika beranjak dari Pasar Aceh, Banda Aceh menuju ke kawasan tersebut. Lambada Lhok dapat diakses melalui Jalan Laksamana Malahayati menggunakan sepeda motor, mobil dan kendaraan mesin lainnya. Bagi pecinta olahraga, kawasan ini juga dapat diakses menggunakan sepeda maupun berjalan kaki.

Tidak hanya kuntul, di pepohonan bakau ini juga kerap disinggahi bangau dan jenis burung berparuh runcing lainnya. Warnanya beragam, mulai putih bersih seperti kapas, hingga berwarna hitam kelabu.

Pemandangan seperti ini kerap disaksikan warga saban petang. Kuntul-kuntul yang dalam bahasa Melayu dikenal dengan sebutan bangau itu menjadikan sekumpulan pohon bakau tersebut sebagai sarang.

Tidak sedikit para fotografer di Aceh menjadikan lokasi ini sebagai spot hunting foto menarik. Seperti misalnya Irfan M. Nur, Ariful Usman dan M. Rizal yang memotret aktivitas kuntul ini untuk koleksi foto mereka. Kecuali Ariful Usman yang bekerja di salah satu media cetak nasional di Aceh, para fotografer ini kerap mengirimkan hasil karya mereka ke media asing secara bebas.

"Saya memotretnya di antara cabang-cabang pohon. Beberapa kuntul ternak terbang melintasi menara masjid Lambada Lhok, Aceh Besar, mereka kembali dari tempat makan ke habitat sarang di malam hari, hutan bakau di daerah itu berfungsi sebagai sarang mereka," tulis Irfan M Nur kelak dalam media sosial berbahasa Inggris.[]

No comments:

Post a Comment