RUMPUT setinggi lutut orang dewasa tumbuh subur di sekeliling Kompleks Makam Pang Nanggroe dan Pang Lateh yang terletak di Desa Pante, Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara. Jika musim penghujan, lantai makam biasanya tergenang air karena bumbung kanan makam yang terlalu kecil.
Pemerintah Kabupaten Aceh Utara telah memugar kompleks makam ini pada 1992 lalu. Sebelumnya, cungkup makam hanya terbuat dari papan dan seng. Kini cungkup makam dua pahlawan Aceh tersebut telah disulap dengan bangunan permanen dan dilengkapi pagar besi berwarna biru. Pagar juga diberi jaring oleh juru kunci agar tidak masuk hewan ternak yang banyak berseliweran di areal makam. Di depan dan belakang kedua makam itu juga terdapat beberapa kuburan lainnya. Di belakang kompleks makam tersebut ada pabrik padi.
Makam ini diapit lokasi bongkar muat SPSI Lhoksukon Express serta rumah warga di sisi kanan dan kirinya. Lokasi makam mudah dijangkau. Jaraknya tak jauh dari pusat pertokoan Kota Lhoksukon. Jalan masuknya melewati kantor pos setempat. Sedikit belokan ke arah kiri tanggul sekitar 50 meter dari kantor pos. Kompleks makam Pang Nanggroe dan Pang Lateh tidak banyak berubah dari tahun ke tahun. Hanya saja, kini di sekitar jalan masuk makam telah dipagar bambu oleh warga setempat untuk ditanami pohon cabai. Sedangkan di depan kompleks juga terlihat berjejer kandang ayam milik warga.
Showing posts with label Cut Meutia. Show all posts
Showing posts with label Cut Meutia. Show all posts
Monday, March 9, 2015
Sunday, March 8, 2015
Napak Tilas Cut Meutia
Ilustrasi |
Menuju makam pahlawan nasional tersebut membutuhkan perjuang ekstra. Selain Buket Pineung Rhuek, tantangan lainnya juga menanti di Gunung Alue Capli, Gunong Angkop, Bukit Cinta dan Gunong Tutue Peut sebelum mencapai Gunong Lipeh.
Informasi yang ditelusuri ATJEHPOST diketahui jarak makam istri Pang Nanggroe ini sekitar 32 kilometer dari pusat kota. Bahkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Utara memasukkan makam Cut Nyak Meutia sebagai salah satu objek kategori wisata minat khusus.
Perjalanan menuju ke daerah tersebut terbilang sulit. Selain jauh, kondisi jalan juga rusak parah dan belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Hanya wisatawan yang memiliki jiwa petualangan mampu menuju lokasi peristirahatan terakhir ibu Putra Rajawali tersebut.
Sunday, October 12, 2014
Pang Nanggroe; Watergeus from Aceh
Pejuang Aceh. @Repro Atjeh Galery |
Sejak menggantikan peranan Chik Tunong sebagai suami Cut Meutia, Pang Nanggroe terus menerus melancarkan serangan kepada Belanda. Ia berhasil menyerang kereta api milik Belanda sebanyak dua kali, menembaki kereta api sebanyak lima kali, menyerang bivak Lhoksukon dua kali, dan penyerangan dengan klewang terhadap perwira Belanda sebanyak lima kali. Semua aksinya tersebut berhasil dilakukan dalam rentang waktu tiga bulan.
Ia juga berhasil merusak rel kereta api sebanyak 22 kali dan menyabotase tiang telepon sebagai jalur komunikasi Belanda sebanyak 54 kali, dalam waktu yang sama.
Sejarah Aceh 26 September; Dari Medali Kehormatan Hingga Gugurnya Pahlawan
@atjehgalery/facebook |
Berdasarkan penelusuran ATJEHPOST.co, ada beberapa peristiwa yang terjadi bertepatan pada 26 September sejak era kerajaan hingga saat ini. Dari sekian banyak rentetan peristiwa tersebut, ada tiga peristiwa sejarah yang berhasil dirangkum redaksi seperti di bawah ini: 1. Van der Heijden menjadi Mayor Jenderal pada 26 September 1878
Van der Heijden menjadi Mayor Jenderal pada 26 September 1878
Van der Heijden merupakan Gubernur Militer Belanda di Aceh yang bertugas menumpas perlawanan Kerajaan Aceh Darussalam. Salah satu catatan sejarah tulisan H Mohammad Said berjudul Aceh Sepanjang Abad menuliskan Belanda memberikan kehormatan kepada van der Heijden dengan menaikkan pangkat menjadi Mayor Jenderal, pada 26 September 1878.
Subscribe to:
Posts (Atom)