HM Zainuddin bukan saja seorang
penulis buku sejarah tapi juga seorang sastrawan. Karyanya yang begitu
monumental adalah roman berjudul Jeumpa Aceh yang sempat dicetak dalam bahasa
Sunda dan sangat laris di pasaran pada masanya.
Demikian disampaikan Budayawan
Aceh Nab Bahany AS saat menjadi salah satu narasumber di diskusi perdana
Masyarakat Pecinta Sejarah Aceh (Mapesa), yang dilaksanakan di aula BNPB Banda
Aceh, Sabtu, 14 Februari 2015.
"Beliau termasuk penulis di
Balai Pustaka seangkatan dengan Marah Rusli, pencipta roman Siti Nurbaya,"
kata Nab Bahany.
Selain itu, Nab Bahany juga
mengungkap ada dua buku sejarah milik HM Zainuddin yang belum sempat dicetak
karena dibawa banjir. Dua buku tersebut adalah Tarich Aceh dan Nusantara jilid
II dan buku Sastra Aceh Sepanjang Masa.
Sementara ahli epigraf Aceh,
Tengku Taqiyuddin Muhammad, Lc mengatakan tulisan sejarah HM Zainuddin sangat
membantu penelitian yang dikerjakannya. "Beliau (HM Zainuddin) sangat
banyak menginformasikan keberadaan situs-situs bersejarah yang tersebar di
seluruh Aceh, salah satunya keberadaan makam kakek pendiri Aceh Darussalam
Sultan Ali Mughayat Syah yaitu Sultan Munawar Syah di Gampong Hagu
Panteraja," ujar Taqiyuddin.
Selain itu, tulisan HM Zainuddin
juga mengungkap lokasi makam-makam kuno milik tokoh sejarah Aceh yang berada di
Ulee Kareung Indrapuri. Setelah diteliti, kata Taqiyuddin, ternyata nisan
tersebut merupakan milik Sultan Alauddin Riayat Syah yang mangkat pada 993 H
atau 1585 Masehi.
Taqiyuddin mengatakan tulisan HM
Zainuddin juga turut mengungkap keberadaan makam beberapa ulama besar yang
dimakamkan di Ulee Kareung Indrapuri.
"Banyak situs-situs penting
lainnya yang diinformasikan dalam buku beliau," kata Taqiyuddin.
Arkeolog independen Deddy Satria
juga menilai besarnya peranan HM Zainuddin dalam penulisan sejarah Aceh.
Menurutnya penelitian yang dilakukan HM Zainuddin menggunakan metodelogi banyak
sumber seperti naskah-naskah kuno, lisan, dan dihubungkan dengan peninggalan
arkeologi seperti nisan bersejarah, masjid kuno, kampung kuno, dan
benteng-benteng kuno. Metodelogi ini kemudian diakumulasikan untuk menjelaskan
sebuah permasalahan-permasalah Aceh di masa lampau.
"Usaha HM Zainuddin telah
banyak menginventarisir situs-situs warisan arkeologi bersejarah di Aceh serta
mempublikasikannya," kata Deddy Satria.[]
No comments:
Post a Comment