Friday, March 20, 2015

Peranan Besar HM Zainuddin dalam Penulisan Sejarah Aceh



HM Zainuddin bukan saja seorang penulis buku sejarah tapi juga seorang sastrawan. Karyanya yang begitu monumental adalah roman berjudul Jeumpa Aceh yang sempat dicetak dalam bahasa Sunda dan sangat laris di pasaran pada masanya.

Demikian disampaikan Budayawan Aceh Nab Bahany AS saat menjadi salah satu narasumber di diskusi perdana Masyarakat Pecinta Sejarah Aceh (Mapesa), yang dilaksanakan di aula BNPB Banda Aceh, Sabtu, 14 Februari 2015.

"Beliau termasuk penulis di Balai Pustaka seangkatan dengan Marah Rusli, pencipta roman Siti Nurbaya," kata Nab Bahany.

Selain itu, Nab Bahany juga mengungkap ada dua buku sejarah milik HM Zainuddin yang belum sempat dicetak karena dibawa banjir. Dua buku tersebut adalah Tarich Aceh dan Nusantara jilid II dan buku Sastra Aceh Sepanjang Masa.


Sementara ahli epigraf Aceh, Tengku Taqiyuddin Muhammad, Lc mengatakan tulisan sejarah HM Zainuddin sangat membantu penelitian yang dikerjakannya. "Beliau (HM Zainuddin) sangat banyak menginformasikan keberadaan situs-situs bersejarah yang tersebar di seluruh Aceh, salah satunya keberadaan makam kakek pendiri Aceh Darussalam Sultan Ali Mughayat Syah yaitu Sultan Munawar Syah di Gampong Hagu Panteraja," ujar Taqiyuddin.

Selain itu, tulisan HM Zainuddin juga mengungkap lokasi makam-makam kuno milik tokoh sejarah Aceh yang berada di Ulee Kareung Indrapuri. Setelah diteliti, kata Taqiyuddin, ternyata nisan tersebut merupakan milik Sultan Alauddin Riayat Syah yang mangkat pada 993 H atau 1585 Masehi.

Taqiyuddin mengatakan tulisan HM Zainuddin juga turut mengungkap keberadaan makam beberapa ulama besar yang dimakamkan di Ulee Kareung Indrapuri.

"Banyak situs-situs penting lainnya yang diinformasikan dalam buku beliau," kata Taqiyuddin.

Arkeolog independen Deddy Satria juga menilai besarnya peranan HM Zainuddin dalam penulisan sejarah Aceh. Menurutnya penelitian yang dilakukan HM Zainuddin menggunakan metodelogi banyak sumber seperti naskah-naskah kuno, lisan, dan dihubungkan dengan peninggalan arkeologi seperti nisan bersejarah, masjid kuno, kampung kuno, dan benteng-benteng kuno. Metodelogi ini kemudian diakumulasikan untuk menjelaskan sebuah permasalahan-permasalah Aceh di masa lampau.

"Usaha HM Zainuddin telah banyak menginventarisir situs-situs warisan arkeologi bersejarah di Aceh serta mempublikasikannya," kata Deddy Satria.[]

No comments:

Post a Comment