PASUKAN Kolone Macan Marsose di bawah komando Schmidt mendapat tugas untuk mengamankan wilayah Tangse dan memburu ulama Tiro pada 28 Februari 1910. Mereka diwajibkan membersihkan Tangse dari pejuang Aceh, khususnya para ulama Tiro seperti Teungku Chik Mayet dan Teungku Buket-- putra almarhum Teungku Saman Chik di Tiro, serta para pendukungnya.
Pasukan pimpinan Schmidt tersebut juga mendapat tugas untuk memburu Teuku Dagang Blang Jeurat alias Teuku di Tangse, pemimpin pasukan Aceh di kawasan Tangse, Kaway XII, bersama para pendukungnya seperti Pang Cut Ben dan Keuchik Ben Man.
Kolone Macan Marsose dengan memboyong 24 pekerja paksa dalam perjalanannya tersebut turut ditugaskan menyerang kelompok pasukan Petua Gam Masen yang dikenal memiliki pengaruh dari Masen (Pantai Barat Aceh). Petua Gam Masen dikenal kebal senjata dan juga seorang pawang harimau.
H. C Zentgraaf dalam bukunya Atjeh menulis, pasukan Schmidt diperkuat oleh seorang letnan satu, dua serdadu Eropa, satu serdadu Ambon, satu serdadu pribumi, satu kopral Ambon, dan satu kopral pribumi. Selain itu, pasukan H. J. Schmidt juga diperkuat oleh 17 marsose Ambon, sebanyak 17 marsose pribumi, satu kopral perawat, dan seorang mandor.
Pasukan Kolone Macan Marsose yang terlibat dalam operasi tersebut kelak mendapat dua militaire willemsorde kelas tiga, sebilah pedang kehormatan, tiga militaire willemsorde kelas 4, dua bintang perunggu, dan sepuluh pernyataan kehormatan dalam perintah-perintah harian pada tahun 1912.
Penghargaan itu diberikan pemerintah Hindia Belanda setelah pasukan H. J Schmidt dianggap berhasil menumpas pejuang Aceh yang masuk dalam daftar pencarian orang setelah melakukan operasi tersebut.[]
No comments:
Post a Comment