Sunday, March 9, 2025

Laporan Dewan Delapan

DEWAN Delapan dari Penang melaporkan perkembangan politik internasional kepada Sultan Aceh melalui Panglima Polem Seri Muda Perkasa dan Panglima Sagi XXVI bergelar Panglima Setia Alam pada 20 Muharram 1291 Hijriah atau 9 Maret 1874 (Versi Ali Hasymi menyebut laporan itu disampaikan pada 8 Maret 1874).

Dalam laporannya, Ketua Dewan Delapan, Teuku Paya, menyebutkan bahwa perselisihan antara Kerajaan Aceh dengan Belanda telah menjadi perbincangan di negeri-negeri Eropa. Dewan Delapan bahkan menyebutkan akan adanya bantuan yang diterima Aceh dari Inggris di bawah kepemimpinan Ratu Victoria.

Mengutip Ali Hasjmy dalam buku "Penyebab Rakyat Aceh Sanggup Berperang Puluhan Tahun Melawan Agresi Belanda", disebutkan bahwa Dewan Delapan juga optimis akan ada campur tangan Eropa dalam perang melawan Belanda di Aceh. Diharapkan campur tangan dunia barat itu mampu membuat Belanda mengakhiri blokade laut di Aceh.

Selain itu, mengutip H M Said dalam buku Aceh Sepanjang Abad Jilid II, Dewan Delapan juga mengabarkan adanya pergantian jabatan Perdana Menteri Inggris dari Gladstone kepada Disraeli. Glandstone dicopot dari jabatannya lantaran terlalu memihak Belanda sehingga merugikan Aceh. Sementara Disraeli dianggap tidak akrab dengan Belanda.

Surat yang dikirimkan kepada Sultan Aceh tersebut juga melaporkan situasi keuangan Belanda yang sedang terpuruk akibat perang. Hindia Belanda bahkan terpaksa menjual biji kopi dengan harga yang sangat murah. Belanda juga menderita kerugian besar dalam perangnya di Aceh serta kehilangan 7.000 personil tentara.

Berdasarkan surat itu, Dewan Delapan juga mendapat bocoran bahwa tidak sedikit petinggi militer Belanda yang mati di Aceh, salah satunya panglima Belanda bernama Nono Bixio dan seorang Pangeran Jawa. 

Dalam surat itu Dewan Delapan juga mengabarkan kedatangan Habib Abdurrahman yang hendak kembali ke Aceh. Kabar tersebut, menurut HM Said, sekaligus membantah isu bahwa Habib Abdurrahman kabur setelah Aceh diserang oleh Belanda. Dewan Delapan yakin Habib Abdurrahman terus mengerjakan tugas diplomasinya membantu Aceh di luar negeri.

Namun, Kedatangan Habib Abdurrahman ke Penang belakangan diketahui oleh Sultan Johor, Abubakar. Dia kemudian mengundang Habib Abdurrahman ke Singapura. Undangan tersebut mendapat sambutan positif dari Habib Abdurrahman dengan mengajak anggota Dewan Delapan, termasuk Teuku Paya. 

Di pertemuan yang berlangsung pada 30 Maret 1874 tersebut, Sultan Johor meyakinkan Habib Abdurrahman sekaligus Dewan Delapan tentang keunggulan Belanda dalam segi militer.

Sultan Johor bahkan menyebut perang melawan Belanda di Aceh merupakan perbuatan sia-sia. Dia juga menawarkan diri sebagai juru runding antara Aceh dengan Belanda. 

Apa yang disampaikan Sultan Johor itu membuat beberapa delegasi Dewan Delapan goyah. Namun, Teuku Paya bersikeras menentang resolusi damai yang diajukan Sultan Johor. 

Teuku Paya tidak melihat adanya jalan menuju perdamaian dikarenakan upaya Belanda yang mengganggu kedaulatan Aceh. 

"Daripada takluk pada Belanda, lebih baik hancur," kata Teuku Paya seperti dikutip HM Said.[]

No comments:

Post a Comment