KEMATIAN Jenderal JHR Kohler mengundang tekad besar bagi Belanda untuk memerangi Aceh. Rasa malu yang tidak terperi dan menjadi sorotan Eropa pada masa itu, membuat Belanda tidak main-main untuk menyerbu Aceh. Agresi militer kedua Belanda di Aceh kali ini dipimpin seorang pahlawan perang, Letnan Jenderal J van Swieten. Dia merupakan seorang pensiunan pasukan Hindia Belanda yang terpaksa diaktifkan kembali untuk memerangi Sultan Aceh.
J van Swieten didatangkan dari negeri Belanda pada 9 Juni 1873. Dia turut dibantu oleh Mayor Jenderal G.M Verspijck dalam menaklukkan Aceh.
Dalam agresi tersebut, Belanda memboyong angkatan perang dari Jawa, yang terdiri dari 18 unit kapal perang uap, tujuh unit kapal uap angkatan laut, 12 buah barkas, dan dua unit kapal patroli bersenjata.
Selain itu, Belanda juga memboyong 22 unit kapal pengangkut dengan alat-alat pendaratan seperti enam unit barkas uap, dua rakit besi, dua rakit kayu, sekitar 80 sekoci ditambah beberapa unit sekoci kayu dan sekoci angkatan laut. Belanda juga mengirimkan sejumlah besar kapal tongkang ke perairan Aceh.
Agresi Belanda ke dua di Aceh dihitung sejak mereka mendarat di Gampong Leu’u, dekat Kuala Gigieng, Aceh Besar, pada 9 Desember 1873.